Pada hari Kamis, 24 Oktober 2019, Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kab. Lumajang menghadirkan para kader, relawan, dan sekaligus tokoh penggerak peduli lingkungan yang tergabung dalam wadah Masyarakat Peduli Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU). Kepala Dinas PKP Kabupaten Lumajang Endah Mardiana, ST., MT dalam laporannya menyampaikan bahwa Sosialisasi Pencegahan Kawasan Kumuh di Kabupaten Lumajang bertujuan untuk mempercepat akselerasi yang terindikasi kumuh atau lokasi pencegahan kumuh agar dapat segera dituntaskan melalui pemberdayaan masyarakat. Hadir sebanyak 100 orang dari unsur: Kecamatan, Lurah/Kades se-Kec. Lumajang, Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), TP PKK Kabupaten, Pendamping KOTAKU, Konsultan KOTAKU, Konsultan IUWASH, Asosiasi BPSPAMS Tirtosari, dan Universitas Lumajang.
Pj. Sekda Lumajang Drs. Agus Triyono, M.Si. menyampaikan bahwa di Kabupaten Lumajang terindikasi 1.300 hektar lokasi kumuh yang perlu penanganan segera, sehingga jangan sampai muncul kumuh-kumuh yang baru. Sekda menekankan bahwa katagorisasi kumuh bisa jadi memang lingkungan tersebut sudah kumuh dan yang lebih parah lagi adalah kumuh itu secara "tidak sadar" kita diciptakan sendiri karena habitus. Contoh paling sederhana adalah mengumpulkan barang-barang yg sdh tidak terpakai, tapi tetap saja ditumpuk. Tidak didonasikan atau "dirombengkan". Jika masyarakat sdh membentuk bank sampah, perilakunya sdh tidak membuang sampah sembarangan, memperlakukan sungai dengan baik, maka akan tercipta lingkungan yang tidak kumuh, karena semua ssudah diatur, sudah ada Perda-nya.
Setelah dibuka oleh Pj. Sekda Lumajang, acara dilanjutkan paparan yang dilakukan oleh Plt. Kepala Bappeda Lumajang, Ir. Retno Wulan Andari, M.Si. dengan moderator H.Aris Pidekso, ST., MT, selaku Kabid di DPKP dan PPK Kegiatan Penanganan Kawasan Kumuh. Retno menggambarkan tentang kebijakan pemerintah Kabupaten Lumajang terkait penanganan kumuh, langkah strategis yg harus diambil, dan progress reportnya. Sebagaimana yang dituangkan dalam 17 program garapan SDG's serta 7 indikator lingkungan berkatagori kumuh. Kesempatan sesi tanya jawab disambut antusias oleh para peserta dengan menanyakan peran pemerintah daerah dalam upaya nyata penanganan kekumuhan.
Sesi berikutnya dipandu oleh moderator Dr. M.H. Eko Romadon, S.Sos., M.Si, Rektor Universitas Lumajang, Ketua Dewan Pendidikan Lumajang, yang sekaligus praktisi program KOTAKU sebagai Ketua Komunitas Belajar Perkotaan (KBP) Lumajang.
Pada sesi kedua, menghadirkan narasumber dengan prestasi berjibum, yakni Pemenang Pemuda Pelopor Tingkat Nasional th 1996, Kalpataru Katagori Pengabdi Lingkungan th 1997, Ashoka Innovation Public dari Pemerintah USA dan Asian Innovation Awards th 1998, Heroes of Today di Majalah Rediges Hongkong th 1999, World Technology Awards dari Inggris th 2001, Satya Lencana Pembangunan oleh Presiden SBY, Penghargaan Mutiara Bangsa Tingkat Nasional bidang Lingkungan Hidup. Dan masih banyak lagi
Dan prestasi terakhir narasumber dari Malang tersebut adalah Pemenang Nasional PROKliM-Program Kampung Iklim yg harus memenuhi 32 standart indikator. Dia adalah Agus Gunarto, MM, lelaki 62 tahun yang menjadi pembicara tingkat internasional. Beliau pernah memaparkan hasil mengabdi pada.lingkungannya ke negara-negara: USA, Netherland, Swiss, United Kingdom, Jepang, India, Hongkong, Taiwan, dan Thailand... Pak Agus banyak memberikan solusi dan terapis terkait lingkungan, cara pemberdayaan masyakat, perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah kekumuhan di lingkungan, serta memperkenalkan hasil karya yang sekarang dalam proses dipatenkan, yaitu: Biopori 3 in 1, Mini Composter, dan Bio sun.. Dengan joke-joke yang sangat menarik membuat para peserta banyak tertawa dan bersemangat mengikuti acara sosialisasi. Banyak pertanyaan yang diajukan oleh para peserta, terutama ibu-ibu. Karena hampir 60 prosen yg hadir adalah perempuan. Pertanyaan dijawab oleh Pak Agus dengan memberikan solusi yg bijak dan cermat, serta terapis agar lingkungan tidak kumuh. Mengingat keterbatasan waktu, maka sesi kedua harus segera berakhir. Pak Agus yg sdh hadir Rabu sore dan menginap di hotel Gajah Mada, karena pelaksanaan sosialisasi di Hall Arjuna Hotel GM Lumajang, sudah memberikan terapis dan solutif di RW.14 Citrodiwangsan dan Kampung Karambah Kalitemi di RW.5 Ditotrunan.
Sesi ketiga dilanjutkan materi oleh Redy Eko Prasetyo, S.Psi, penggagas Kampung Cempluk di kawasan Dieng Atas Malang, pengelola UBTV Malang, dan anggota Jaringan Kampung Nusantara. Redy yg berlatar belakang seniman dan budayawan banyak menyoroti dan menggarap lingkungan dengan aspek budaya. Kata.kunci dari tradisi masyarakat Jawa yang masih harus dipertahankan agar tidak terjadi kekumuhan di lingkungan adalah konsep: sopo, soyo, dan sonjo